Jumat, 06 Juni 2008

Kera?

PERNAH kerasa ga kalau kadang-kadang kita merasa JENGAH dengan berita-berita bertendensi negatif terus menerus menjadi Headline di Harian-harian nasional atau berita-berita menjemukan yang terus menerus ditayangkan di televisi hanya karena semua stasiun TV ingin menyajikan berita-berita pendek setiap jam-nya. Kadang-kadang Koran-koran yang terbit juga hanya mengulang-ulang Headline yang sama berhari-hari saat berita itu masih hangat, misalnya ada Headline "Mahasiswa Universitas Negeri Terkemuka di Jakarta Tewas Tertabrak Bajaj", saat berita itu belum basi besoknya headline itu diulang lagi menjadi "Sopir Bajaj Menabrak Mati Mahasiswa Universitas Negeri Terkemuka di Jakarta Dengan Bajajnya" atau kembali diulang besok lusanya dengan "Bajaj Menewaskan Mahasiswa Universitas Negeri Terkemuka di Jakarta" atau mungkin ada koran (murahan) lain memunculkannya dengan headline super besar "BAJAJ TABRAK MAHASISWA, SOPIRNYA KABUR TERUS DIGEBUGIN, TEMANNYA LAPOR POLISI" tapi tidak ada beritanya lagi setelah headline tersebut.

NAH, ditengah hingar bingar berita yang menjemukan itu, mungkin kita berpikir, "Hei, mungkin berita-berita itu lah cara pandang kita satu-satunya terhadap lingkungan kita..?!!". Mungkin benar, sebagian orang (bijak) memang memilih untuk mempercayai Headline di koran (tanpa membaca beritanya) daripada membaca Blog yang membuat pembacanya seperti terlihat merasa bodoh. Tapi apa memang itu satu-satunya cara melihat sekeliling... membuat kita terjebak dalam axioma-axioma absurd yang namun demikian terlihat konkrit sampai saya tidak tahu lagi kata-kata apa lagi yang saya tulis.

By the way, mungkin ada satu cara lagi memandang lingkungan, saya menyebutnya Anekdot Negeri Kera, misalnya kita membandingkan sebuah negara (saya ga bilang itu Indonesia) dengan sebuah negara Kera.. Negara yang memang dikuasai kera dan dipandang berdaulat oleh negara-negara kera lainnya.

Anggaplah ada sebuah negara Kera, negara tersebut telah melewati skala evolusinya (merdeka) sejak kira-kira 60 tahun lalu, 60 tahun lalu, bapak-bapak pendiri bangsa kera merasa sudah cukup kita menjadi sekedar mamalia saja, saatnya kita merdeka dan menjadi primata.. mulia bukan?!

Sayangnya 60 tahun-an kemudian keadaan seakan tak kunjung membaik, hari ini serasa selalu lebih buruk dari hari kemarin, padahal kemarin semua masalah serasa jauh ("Yesterday all my trouble seems to far away..") tapi kini semuanya seperti bertumpuk disini ("Now it's look.." maaf lupa, kutipan lebih jelas baca YESTERDAY karya PAUL McCARTNEY).

Lihatlah para anggota dewan di Monyet Permusyawaratan Rakyat, dewan yang dikuasai oleh partai besar seperti Partai Golongan Kera dan Partai DemoKERAsI Perjuangan selalu terjebak dalam debat-debat kusir tanpa ujung, ini ironis karena mereka adalah kera dan bukan kuda yang dekat dengan terminologi KUSIR. Kenaikan harga Buah Buat Monyet juga cukup membuat polemik di negeri ini, konon banyak kera yang jatuh ke bawah garis kemiskinan, padahal bagi mereka jatuh ke bawah garis kemiskinan sama halnya dengan jatuh ke skala evolusi yang lebih rendah..

Menjelang pemilu Kera yang akan diselenggarakan tahun depan pun, sejumlah masalah kembali menyeruak, misalkan kemelut di tubuh Partai politik ketiga terbesar di negeri ini. Partai itu, Partai Kera Berekor, tampaknya terpecah dua, ada dua kelompok yang konon berebut klaim kepengurusan, ah Repot deh...

Belum lagi adanya keributan dengan organisasi paramiliter populer di Negeri itu, Front Primata, sepertinnya memang banyak sekali yang terjadi di negeri Kera..

Tulisan yang Absurd kan? tapi setidaknya tulisan seperti ini ga bisa kalian temui di media massa mana pun karena terlalu subversif (menurut saya). Tapi sekali lagi, apa yang saya ingin utarakan? mengapa selalu utara? ga penting deh, apa yang bisa diliat dari tulisan ini? Heh...

Ga ada sih, ini lah fungsi Kolom dalam media massa dimana penulis bisa menulis tanpa mempedulikan isinya, Anyway Tulisan ga ada artinya kalau ga ada yang baca, tapi kalau masih ga ada artinya itu salah yang nulis

Thanks.....

0 komentar:

Posting Komentar