Ingatkah anda legenda Sangkuriang dan legenda Loro Jonggrang?Sebagai pengingat penulis akan menceritakan kembali
Ketika Sangkuriang berburu di dalam hutan disuruhnya si Tumang untuk mengejar babi betina Wayungyang. Karena si Tumang tidak menurut, lalu dibunuhnya. Hati si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang, kemarahannya pun memuncak serta merta KEPALA Sangkuriang dipukul dengan senduk yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga luka.
Sangkuriang pergi mengembara mengelilingi dunia. Setelah sekian lama berjalan ke arah TIMUR akhirnya sampailah di arah BARAT lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di tempat Dayang Sumbi, tempat ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenal bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi – ibunya. Terjalinlah kisah kasih di antara kedua insan itu. Tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah puteranya, dengan tanda luka di kepalanya. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan PERAHU dan TALAGA (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai CITARUM. Sangkuriang menyanggupinya.
Maka dibuatlah PERAHU dari sebuah pohon yang tumbuh di arah TIMUR, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung BUKIT TUNGGUL. Rantingnya ditumpukkan di sebelah BARAT dan mejadi Gunung BURANGRANG. Dengan bantuan para GURIANG, bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi bermohon kepada Sang Hyang Tunggal agar maksud Sangkuriang tidak terwujud. Dayang Sumbi menebarkan irisan BOEH RARANG (kain putih hasil tenunannya), ketika itu pula fajar pun merekah di ufuk timur. Sangkuriang menjadi gusar, dipuncak kemarahannya, bendungan yang berada di SANGHYANG TIKORO dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung MANGLAYANG. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi GUNUNG TANGKUBANPARAHU.
Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di GUNUNG PUTRI dan berubah menjadi setangkai BUNGA JAKSI. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan UJUNGBERUNG akhirnya menghilang ke alam gaib (Ngahiyang).
Legenda Loro Jonggrang ; Loro Jonggrang, atau lebih tepat dieja sebagai Rara/Lara Jonggrang atau biasa disebut Durga Mahisasuramardini adalah sebuah legenda atau cerita rakyat yang ingin menjelaskan adanya Candi Prambanan di Jawa Tengah. Cerita ini berdasarkan arca Dewi Durga yang ditemukan di desa Prambanan, Jawa Tengah ini.
Rara Jonggrang artinya adalah "dara (gadis) langsing". Menurut rakyat setempat ceritanya seperti ini:
Alkisah adalah seorang Raja yang bernama Raja Baka (Boko) dan mempunyai putri sangat cantik, Rara Jonggrang. Maka iapun dilamar oleh Bandung Bandawasa (Bandung Bondowoso). Rara Jongrang pun disuruh menikah dengan Bandung Bandawasa tidak mau karena tidak mencintainya. Akhirnya ia setuju asalkan permintaannya dikabulkan. Permintaannya ialah minta dibangunkan 1.000 candi dalam waktu satu hari satu malam.
Bandung Bandawasa setuju, lalu ia mulai membangun, tetapi setelah malam hari ia meminta bantuan makhluk halus sehingga pembangunan bisa lebih cepat. Rara Jongrang khawatir dan ia menyuruh dayang-dayangnya supaya membunyikan suara-suara berisik dan membangunkan hewan-hewan peliharaan supaya para makhluk halus takut. Ternyata benar, para makhluk halus mengira hari telah pagi dan mereka bersembunyi lagi. Bandung Bandawasa melihat bahwa jumlah candi hanya 999 dan ia tahu bahwa ia telah dikelabui oleh Rara Jongrang yang berbuat curang. Maka iapun murka dan menyihir Rara Jongrang menjadi patung batu yang menghias candi terakhir.
Pertama, Perempuan atau para mahasiswi selalu memberikan persyaratan yang sulit bagi para lelaki atau mahasiswa dalam usaha lelaki atau mahasiswa untuk meluluhkan hati sang perempuan atau mahasiswi. Kemungkinan secara psikologis hal ini menujukan adanya stereotipe yang sangat kuat sehingga meski tidak memiliki hubungan darah dengan pelaku legenda kebiasaan ini tetap terjaga.
Kedua, dengan bodohnya lelaki atau mahasiswa menuruti permintaan perempuan atau mahasiswi yang secara akal sehat dan dengan logika kalkulus serta logika algoritma tidak mungkin dapat dilakukan, dilaksanakan, diselesaikan, atau istilah kerennya ter-accomplish. Mungkin ini juga merupakan pelestarian budaya yang telah dilakukan oleh mahasiswa secara tidak sadar.
Ketiga, Lelaki atau mahasiswa sering melakukan kebiasaan yang sama seperti yang dilakukan para lelaki di legenda, yaitu mengerjakan segala sesuatu seperti makalah, tugas, kerjaan kantor, dan skripsi dalam waktu semalam. Istilahnya SKS (sistem kebut semalam). Kemungkinan secara psikologis hal ini menujukan adanya stereotipe yang sangat kuat sehingga meski tidak memiliki hubungan darah dengan pelaku legenda kebiasaan ini tetap terjaga. Mungkin ini juga merupakan pelestarian budaya yang telah dilakukan oleh mahasiswa secara tidak sadar.
Keempat, selalu terjadi kegagalan dalam mengerjakan permintaan
Dan kelima, ada kata Bandung yang disebutkan di dua legenda tersebut. Hal ini menujukan bahwa Bandung merupakan tempat yang perlu dikunjungi untuk melestarikan budaya. Daya tarik Bandung sangat kuat, mulai dari udara yang sejuk, makanan yang enak, mode pakaian yang terus berkembang, komintas yang kuat seperti gang motor, sampai perempuan atau mahasiswi yang menggoda untuk disinggahi. Mayoritas perempuan atau mahasiswi di Bandung merupakan orang Sunda, dari pengalaman pribadi penulis, pertama,perempuan atau mahasiswi Sunda memiliki senyuman yang khas, dengan bibir yang tipis dan dan sedikit dingin dapat menciptakan kenangan yang sangat indah dan tak akan terlupa. Kedua, perempuan atau mahasiswi akan meminta sesuatu yang mau tidak mau (hidup segan, mati tak mau atau buah si malakama)yang akan dipenuhi serta mengejar sang pemberi janji. Ketiga, perempuan atau mahasiswi itu meninggalkan dan melupakan tanpa pernah menoleh lagi.............
0 komentar:
Posting Komentar