Sabtu, 26 Juli 2008

Sedikit serius

Akhir-akhir ini tentunya kita sering mendengar hiruk pikuk di media mengenai tingkah polah para wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat. Bapak-bapak di dewan ini kini, menurut berita yang dilansir oleh media, tengah sibuk wara-wiri dan kocar-kacir menghadapi kasus demi kasus yang kini tampaknya terus saja mendera dewan yang terhormat ini.

kasus kasus korupsi terbongkar melalui rekaman hasil penyadapan telpon, yang rekamannya diperdengarkan di ruang-ruang sidang tipikor.

kasus-kasus skandal seks juga terbongkar melalui hasil rekamannya yang beredar di situs situs jejaring di dunia maya dan dalam bentuk video 3gp.

Ironisnya kasus kasus ini terkuak saat pemilu menjadi semakin dekat. Para anggota dewan yang terlibat pun semakin was-was, mereka tentu juga memikirkan bagimana nasib mereka di mata konstituennya saat tertangkap tangan dalam kasus korupsi atau tertangkap basah dalam video 3gp.

Apalagi mereka yang tertangkap tangan dan tertangkap basah sekaligus, seperti contohnya - tanpa menyebut nama - lihatlah suami pedangdut kondang yang kini tengah ramai dibicarakan di media-media. Tokoh yang satu ini, selain tertangkap tangan dalam kasus korupsi juga kini tertangkap basah pernah meminta suapan berupa teman wanita untuk 'bermain'.

walau pemilu menjelang, namun kami di mahasiswa-go.blog tentunya tidak naif dan menganggap skandal-skandal itu akan segera berlalu saja dari DPR. Harta, tahta, dan wanita. Itu semua satu paket bung, atau dengan kata lain, korupsi, DPR, dan skandal seks.

ketiganya adalah masalah sejak dulu, di zaman dulu, tersebutlah kerajaan manchuria di daratan cina.. Kerajaan ini - sama saja dengan kita - pejabatnya korup dan doyan main perempuan. Lalu entah datang darimana, terpikirlah suatu solusi, long story short, maka lahirlah golongan kasim. Sebagian abdi negara di jadikan kasim, dikebiri, secara harfiah. Tujuannya baik, jika korupsi tak bisa hilang setidaknya mereka tidak kagi main perempuan, kasim toh sudah tidak punya lagi nafsu birahi.

Nah, coba bila hal itu diterapkan disini, coba katakan itu pada bapak-bapak yang kini gencar-gencarnya berkampanye terselubung di televisi, jika mereka ogah, bilang saja, loh pak bukankah bapak 'bisa', bukankah 'hidup adalah perbuatan' atau bukankah bapak ,telah mewakafkan sisa hidup bapak.

Nah, kembali lagi ke anggota dewan, jika terus begini, mengingat kemampuan mereka mengamandeman UUD, kami takut amandemen yang tercipta akan berbunyi seperti ini:
Ayatl 1 "Tiap-tiap wakil rakyat berhak dan wajib mendapatkan objek pemuas nafsu seksual"
Ayat 2 "Tiap-tiap wakil rakyat mendapatkan kesempatan yang sama dan sejajar dalam melakukan tindak korupsi"
Ayat 3 "Hal-hal yang meyangkut definisi tindak korupsi dan atau objek pemuas nafsu seksual diatur dalam undang-undang"

0 komentar:

Posting Komentar