Kamis, 31 Juli 2008

Game 2: The Sequel

Game 2: The Sequel
ingat sebelum baca artikel ini baca dulu game:Beyond Reality

... Sampai mana tadi, ohya..
Nintendo lalu membuat game yang lebih realistis, yaitu tentang tukang ledeng yang berusaha mengusir binatang reptil di saluran air penuh jamur untuk menyenangkan seorang wanita. Kalau tak salah game itu berjudul 'Mario'.

Dunia konsol game berkembang dari 8 bit, ke 16 bit, 32, 64, 128 bit lalu ke era Playstation 2 dan 3. PC game pun tak mau kalah, game2 di PC meraih 100% pangsa pasar untuk dimainkan di Komputer Pribadi.

Lalu developer game belajar mengenai satu hal penting, 'kompetitivitas'. Dari sejak para raja kuno berebut ibu pertiwi dan rakyat mereka berebut wanita, ada satu hal yang bisa dijadikan persamaan yaitu kompetitivitas dan rivalritas. Memang tak semua orang berambisi jadi juara, namun tak ada juga orang yang ingin kalah. Para pengembang game pun ingin membuat game dimana para pemainnya benar-benar bersaing satu dengan lainnya, lahirlah multiplayer game dan kemudian online game.

Kini kita berada di suatu masa yang saya beri nama 'post period of direct rivalry', dimana orang-orang tidak lagi menyelesaikan rivalritas mereka secara langsung. Masa ini jelas masanya game online, dimana rivalry tersebut akan disalurkan ke sana melalui dunia maya.

Di awal abad 21 ini game telah berkembang, macam-macam game pun tersedia di pasaran, tentu saja ada game tentang perang, para veteran PD II bisa kembali merasakan manisnya membantai pasukan NAZI melalui game, sayangnya para veteran NAZI tidak pernah bisa menemukan game untuk merasakan kembali manisnya membunuhi orang-orang Yahudi. Game olahraga pasti juga ada, sepak bola, tenis, basket, bahkan golf, catur, dan bridge, kalau itu bisa disebut sebagai olahraga.

Bahkan ada game tentang cinta dimana si gamer memainkan skenario untuk meraih hati seorang wanita dalam game, konon sulit membuat AI untuk game cinta ini, padahal Paul McCartney bilang "yesterday love was an easy game to play".

Tapi entah, mana yang nyata mana yang tidak, konon katanya para jendral di pentagon ternyata menyusun serangan ke Irak dengan suatu software komputer yang sekilas tampak seperti game Real Time Strategy. Dengan software itu mereka bisa 'Memimpin' dan 'Menaklukkan' tentara lawan dengan tetikus komputer mereka. Terdengar seperti game RTS klasik bukan?

ke-blur-an antara nyata dan tidak terlihat juga di dunia game online, rivalritas di dunia maya sering dibawa ke dunia nyata dan sebeliknya. Jangan-jangan Bush sering bermain online game melawan orang-orang Iran.

Nah itulah gambaran dunia game yang terus berevolusi, tidak terbayang kan kalau akar dari dunia game sebenarnya ada pada diri kita sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar